Ribuan orang yang berdesakan untuk bisa masuk dalam stadion Gelora Soekarno hari itu demi menonton perhelatan akbar dan jarang terjadi, bisa jadi pertandingan ini hanya akan datang sekali seumur hidup Andi. Timnas Indonesia Vs Bayern Munchen. Hanya saja banyaknya orang menyurutkan niatnya yang tadi sangat menggebu-gebu, dan akhirnya memilih pulang ke rumah.
Panasnya terik matahari jam delapan di terminal pulogadung mungkin tidak terasa bagi para ratusan pekerja yang memenuhi sesak terminal. Para penjaja asongan silih berganti sahut menyahut menawarkan minuman dingin obat dahaga para penunggu busway, bus-bus dan angkot. Demi tuntutan hidup orang-orang yang dicintai menanti sang kepala rumah tangga membawakan sesuatu yang bisa membuat asap dapur mengepul. Demi orang-orang yang dicintai, panas terik matahari tak terasa lagi.
Tapi semangat itu tidak nampak di raut wajah dan mata sayu mansur, sambil menyulut sebatang rokok yang dirogoh dari saku bajunya hanya memandang puluhan orang berebutan tuk bisa masuk ke busway berkapasitas terbatas, melirik ke puluhan pekerja berpakaian rapi memburu angkot jurusan kelapa gading, sia-sia menurutnya, memburu juga tidak akan mendapatkan tempat, pastinya membatin.
Andi dan Mansur hanya representasi diri kita yang kadang jika dihadapkan dengan situasi yang sama akan melakukan hal seperti itu pula. Nanti aja deh, besok aja gimana, atau lusa, minggu depan atau bulan depan. Memunculkan sifat menunda-nunda. Padahal banyak orang yang bergantung di pundak kita. Yakin bahwa kita memang mampu untuk melarat dan tidur di kolong jembatan, atau makan sekedarnya, tapi sanggupkah anak kita demikian, tegakah kita melihat orang-orang yang kita cintai setiap hari semakin mempererat tali pinggang untuk tidak memperlihatkan kelaparannya. They love you, but the question is, do you love them? Kita diberi kemampuan untuk menentukan ke mana bahtera ini akan menuju.
Fitrah manusia dilahirkan sebagai pemenang. History kelahiran kita yang membutuhkan usaha dan spirit pemenang lah yang membuat kita bisa bertahan dan mampu untuk menyingkirkan sel-sel sperma yang lain pada saat membuahi zygot.
Born to be a winnerLalu mengapa kita pasrah dengan keadaan kita sekarang? Sebelum lahir pun kita ditakdirkan untuk jadi pemenang. Menyalahkan alam, menyalahkan orang lain bukan sifat pemenang. Hambatan dan rintangan kita yang harus kita lewati dan sulit adalah diri kita, we make our own limit. Ego melahirkan gengsi yang siap menyengsarakan diri kita sendiri bahkan anak-anak, istri, suami, orang tua kita akan sengsara dengan sifat pecundang kita, the loser.
Tidak akan dirubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu merubah dirinya sendiriPada saat menjalankan shaum, kaum muslimin dihadapkan dengan perang yang sangat dahsyat, walau akhirnya dengan semangat keimanan dan percaya kepada janji Allah SWT, kaum muslimin dimenangkan oleh Allah SWT saat itu dalam perang badar. Saat kembali para sahabat diingatkan oleh Rasulullah, bahwa masih ada perang yang lebih dahsyat dari perang ini. Setengah kaget, para sahabat bertanya: Perang melawan siapakah wahai Rasulullah. "Yakni Perang melawan diri sendiri', Kata Rasulullah.
Tabe daeng
No comments:
Post a Comment