15 Detik



“lagi dimana sih chal?, sedetik tanpa suara.. mama dah nungguin sejam di stasiun, mama kan baru datang di kota ini”, suara seraknya menampakkan kegelisahan, suara dari seorang Ibu yang mengapit tas kecil di ketiaknya, sementara HP nya masih menempel di telinga, meninggalkan lagi sejenak dua buah kardus besar bawaannya di tempat duduknya, mencari kamar kecil. 10 detik…hening, menunggu jawaban di ujung telpon.

“tunggu ya bu…. lagi sibuk, Ichal kuliah neeh, setengah jam lagi deh bu yah”, empat detik ichal menjawab singkat telpon dari ibunya. Dengan tenang, digebernya kembali motor yang tadi dimatikannya, mencari suasana hening sebelum mengangkat telpon dari ibunya.

“yang, kita lanjutin date kita yah”, Ichal meninggalkan tempat itu bersama seseorang yang disayangi dan dicintainya lebih daripada seseorang yang lagi menunggunya sejam 15 menit yang lalu di stasiun.

“Cukup 15 menit untuk melahirkan Malinkundang baru di dunia ini”
Baca Selengkapnya..

Semoga



Baru saja matahari tertelan tepi lautan Losari. Angin malam berhembus membelai rambut panjang Gita yang membawa seperdua lusin kotak makanan. “Nasi…nasi”, treak Gita menawarkan nasi kotaknya kepada sepasang muda-mudi yang asyik dengan dunianya, Gita tidak peduli. Yang ada di benaknya adalah bagaimana ini malam ia dan teman-temannya bisa mendapat keuntungan.

Dengan berbekal pengalaman melihat para penjual-penjual di Losari, gita beradaptasi. Cepat dia mendapat cara untuk menggaet pembeli. Ada Sesuatu yang mendesak menunggunya, hingga membuat Gita sangat gesit dan lincah mendatangi setiap pengunjung di pantai itu.

Angin dingin pantai menelusuk mencari celah di pori-pori bajunya. Dua kotak nasi telah terjual, Gita menatap empat kotak jualannyayang tersisa.

Satu demi satu para pengunjung meninggalkan pantai itu, angin pantai malam itu agak kurang bersahabat. Gita mulai menggigit bibirnya, pulangnya beberapa pengunjung baginya adalah malapetaka.

“Bagaimana ta, laku berapa?”, Rani teman Gita berteriak di kejauhan, Gita tidak sendiri. Berlima rupanya mereka di pantai itu dengan jualan yang sama. Berkumpul, Mereka istirahat sejenak di dudukan tangga yang berhadapan dengan laut. Satu lagi kesamaan mereka adalah satu pin yang tersemat di tas, bertuliskan MIPA 08.

“Semoga Inaugurasi kita berhasil ya ta’”, Rani merogoh koceknya menghitung keuntungan yang tidak seberapa. “Semoga”, ucap Gita penuh semangat.

cuma sebuah note....




Baca Selengkapnya..

I have lived in Tamalanrea for 26 years..never leave it even one second, but to travel to others city was just my dream. On one second a chance come to me and I make a decision to catch the chance..Finally I found my self in some cities. Coming with my new desire to learn writing, a mixture occured. Try to write what I feel, see, taste, hear, with not enough experience in writing..

bookOnreading

bookOnreading
"Settingan tahun 1941 di sebuah daerah transmigrasi di Amerika. Dikaki pegunungan Allegheny yang terpencil itu terbentang kota Hyde Bend. Jantungnya adalah sebuah kilang baja; tulangnya, komunitas imigran Polandia yang rapat yang mendiami kota tersebut; dan darahnya, keyakinan Katolik mereka yang keras. Tetapi dalam jiwa kota itu terkubur rapat-rapat sebuah rahasia berbahaya yang mengelilingi kematian seorang pendeta yang sangat dipuja. "

postOn

commentOn

Name :
Web URL :
Message :

chatOnme

dewOnstreet

activityOndisblog


banner angingmammiri
konro soup project /